Trend hari ini di lingkungan madrasah berupa Transformasi digital madrasah beberapa waktu terakhir terasa wau dan sangat membantu dan cukup kuat terdengar. Secara faktual, banyak eksponen madrasah, baik siswa, guru, maupun madrasahnya sendiri, menorehkan prestasi yang sangat membanggakan di berbagai level. Berbagai program Transformasi Digital diluncurkan Kementerian Agama agar terus berinovasi. Salah satunya Program Madrasah Digital yang diterapkan di lembaga pendidikan. Program ini merupakan tuntutan perkembangan teknologi yang terus maju dan berkembang. Generasi saat ini sudah sangat paham dengan penggunaan teknologi. Dalam capaian tersebut, madrasah secara jelas menunjukkan diri sebagai entitas yang tidak lagi dapat dilihat sebagai lembaga pendidikan kelas dua. Madrasah, selain mencetak berbagai prestasi akademik dan non-akademik yang monumental, juga telah berkembang sedemikian rupa dalam interaksi yang intensif dengan semangat dan perkembangan zaman tanpa kehilangan identitas keislamannya.
Apa dan bagaimana sih transformasi digital di madrasah itu?
Dengan adanya Madrasah Digital ini dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara digital dan meminimalisir penggunaan secara negatif. transformasi digital yang ingin kita lakukan adalah pertama, menjunjung tinggi dan mengangkat madrasah dari persepsi lemah yaitu sebagai lembaga pendidikan kelas dua dan lembaga pendidikan kampungan. Justru kita ingin membalikkan tangan pandangan seperti ini, dengan sepenuhnya meyakini bahwa madrasah saat ini telah berada di tengah dan bersiap menjadi yang terdepan. Oleh karenanya, madrasah memiliki peluang yang besar untuk menjadi kebanggaan dan menjadi destinasi pendidikan kelas dunia. Instrumen yang kita pakai salah satunya adalah transformasi digital karena itulah semangat zaman. Dalam semangat seperti itu, kita selalu melakukan berbagai terobosan, di antaranya adalah dengan memperbaiki tampilan fisik madrasah, bekerja sama dengan berbagai pihak (Bappenas, PUPR, Kemenkeu, dan lainnya). Saat ini insya Allah tampilan fisik madrasah sudah tidak lagi mengecewakan meski belum bisa semua.
Dari memperbaiki tampilannya, kita beralih ke peningkatan mutu dan kualitas layanan, kurikulum, guru, siswa, dll. Dalam konteks ini, layanan digital menjadi pilihan yang paling tepat mengingat waktu dan kebutuhan. Madrasah memiliki banyak hal yang dikembangkan secara digital dari berbagai perspektif. Sebagai penggerak dan pembangun politik, kita tahu bahwa makna perubahan tidak pernah sederhana, apalagi menyangkut pola pikir dan budaya. Di manakah titik awal berkembangnya semangat perubahan digital ini?
Kami menyerah mencoba mengubah pola pikir warga madrasah. Kami akan mengubah administrasi terlebih dahulu dan kemudian beralih ke individu. Dengan layanan digital yang diterapkan, kami menghindari keuntungan kami sendiri yang timbul darinya. Keadaan pandemi Covid-19 menjadi energi tersendiri untuk bergerak di bidang transformasi digital. Tujuan adalah untuk segera meluncurkan transformasi digital ini dengan dukungan Bank Dunia dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan. Bagaimana memastikan bahwa fase transformasi digital ini merupakan langkah bersama dan bukan sekedar kebijakan menara gading yang membuat madrasah tidak bisa menikmatinya? Masa transisi tentu tidak mudah, salah satunya adalah kesenjangan digital (kesenjangan kualitas akses digital) secara geografis dan keterampilan yang mendukungnya. Kami sangat menyadari hal ini. Hal ini dapat memicu rasa ketimpangan dan keadilan yang timpang.
Menurut saya, perubahan digital ini harus datang dari pinggiran, pedesaan. Masyarakat pedesaan harus mendapatkan akses yang layak terlebih dahulu. Kami juga mengembangkan kerjasama dengan berbagai penyedia jaringan telekomunikasi. Namun sekali lagi, ketika kita menyiapkan berbagai dukungan, yang terpenting tetaplah orang-orangnya, yaitu bagaimana orang-orang di dalamnya dapat sepenuhnya mengikuti gerakan transformasi digital. Menurut saya inilah pentingnya mengembangkan kebiasaan. Dengan sebaran madrasah yang begitu luas di Indonesia, sinergi dan kolaborasi sangat diperlukan untuk membangun transformasi digital ini. Antusiasme terhadap fokus tersebut harus didorong agar madrasah menjadi produsen, pemain dan bukan hanya penonton.
Dalam usaha bersama ini dan langkah-langkah selanjutnya, kita harus mengembangkan sikap egaliter. Dalam pemahaman ini, kesenjangan antara madrasah dengan kualitas layanan digital yang baik harus menjadi pihak yang melindungi, membantu dan mendorong madrasah yang belum berada pada tingkat kemajuan yang sama agar bisa maju bersama. Dengan adanya tren dan masifnya transformasi digital ini, tidakkah kita mengkhawatirkan risiko madrasah kehilangan identitasnya sebagai sekolah yang berkarakter Islami? Tentu tidak. Kita yakin dengan semangat transformasi digital, madrasah akan semakin percaya diri dan bangga dengan keunikan identitasnya. Pembelajaran dan pengenalan nilai-nilai positif ajaran Islam akan dipercepat dan didukung dengan hadirnya transformasi digital.
Menariknya, masyarakat semakin merasakan manfaat dari karya transformasi digital ini. Kontribusi madrasah dalam berbagai inovasinya di bidang teknologi dapat kita lihat mampu menopang perekonomian masyarakat mendekati nilai-nilai madrasah. Hal ini menjadi bukti bahwa madrasah tidak kehilangan identitasnya, bahkan eksis dan berpartisipasi dalam transformasi digital. Di banyak tempat, madrasah telah menjadi bagian dari pemecahan masalah masyarakat.
Wallahu a’lam Bissowab
Oleh : Taufikur Rahman (Santri Matsaratul Huda)
